Setiap kali minta dibelikan tas baru atau sepatu baru, mama selalu bilang minta ke ayah dan ayah selalu nyeritain masa kecilnya yang merana ckckck. Ceritanya itu-itu aja, tapi diceritakan dengan sangat lucu dan lebay,, hahaha… (anaknya juga lebay) jadi gak bosen. Dibalik cerita lucunya itu, sebenarnya gw sebagai anaknya seharusnya bisa merenung dan gak Cuma bisa menuntut. Tapi gw malah ketawa-ketawa mengiringi cerita ayah. Lama2 ayah murka. Gini katanya “ Kamu itu diceritain malah ketawa-ketawa. Kamu itu seharusnya sadar kalau ini lagi dinasehati. Gak sopan sama orang tua!” Ampuuun!!!! Huftt… kadang-kadang saya merasa bersyukur. Tapi keseringan enggak (ya Allah! Ampuni hambamu yang gak tau diri ini!!! Hambamu ini masih punya banyak kesalahan. Semoga jadi orang yang lebih baik… lho??? Kok malah berdoa?). Ayah itu dilahirkan tanggal 14 Februari 1961 (kata org2 mah ini hari Valentine.. tapi kata gw ini hari Ulang tahun ayah yang sama sekali gak mau tau soal valentine). Ayah dilahirkan di Bantul,
Aku hanya bisa mengalah. Yak! Mengalah. Mengalah pada diri sendiri. Mengalah pada perasaan sepi. Aku tidak tahu ini salah siapa. Ini juga bukan kemauan dariku. Bukan, bukan kemauanku, bukan juga dirinya, apalagi kemauan perempuan itu. Ya, aku mengalah untuk tidak marah. Aku mengalah untuk tidak mengeluh. Aku mengalah supaya semuanya tetap bertahan seperti ini. Kamu salah! Seharusnya tidak begini. Tinggalkan saja dia! Selalu kalimat itu yang keluar dari bibir teman-temanku. Mereka sama sekali tidak mengerti perasaanku. Tidak mereka, dia, bahkan perempuan itu. Sulit untuk dimengerti bahkan olehku sendiri. Dia, aku sudah lama mengenalnya. Sejak 10 tahun lalu. Awalnya, dia seperti adikku sendiri. Seiring dengan bertambahnya usia, dia semakin dewasa melebihiku. Dan aku semakin jatuh hati padanya. Dia mengetahui semuanya. Dia tahu! Semua berjalan begitu saja. Tanpa ingkar, tanpa janji. Dia bisa saja selalu ada di dekatku. Dan dia juga bisa saja di s...
Komentar
Posting Komentar
hey hey.... mari ramaikan duniakuu