Harmoni malam melesat sunyi. Malam. Malam. Temani aku. Aku hanya sendiri disini. Saat ini. Ingin kupejamkan mata, tapi tak bisa. Pikiranku terus berputar bagai roda pedati menyusuri pagi. Sendiri. Hanya sendiri. Berbaring dan kutembus tampak bintang dan langit sendu. Langit yang sendu tapi bintang tak sendiri. Langit juga sangat luas. Aku tak sama seperti langit ataupun bintang.
Lalu hujan menyiram pikiranku. Sepakat dengan kata hati. Mungkin aku seperti hujan. Pasrah walau harus jatuh dari langit tinggi. Setinggi bintang setinggi langit. Dan jatuh ke bumi.
Kupejamkan mata perlahan. Kebisingan tiba-tiba menyergapku. Suara dua orang laki-laki kudengar jelas sedang membicarakan sesuatu. Mereka sedang berbicara di suatu ruangan berdua. Dan kudengar lagi suara seorang wanita memerintah orang lainnya di ruangan sebelahnya. Begitu nyata dan tak dapat dipercaya orang lain. Mereka tidak mau diam. Terus berbicara dan memerintah tanpa memperdulikan aku. Di tengah malam, di malam sendu itu. Telingaku terus mendengarnya, mataku terus melihatnya walau terpejam. Kututup telinga dengan bantal. Dan bahkan semua terdengar semakin jelas.
HENTIKAAAAN!!! Teriakanku begitu nyata. Kemudian semuanya sirna. Hilang begitu saja tanpa rasa bersalah.
“Apa itu? Mengapa semua bisa terjadi seperti itu?” tanyanya sambil menatapku lekat-lekat.
Aku menggeleng lesu. Kemudian dia mengalihkan pembicaraan. Mungkin dia tidak mau mendengarkan ‘omong kosongku’. Mengingat kejadian itu, saat aku melihatnya begitu bahagia dengan lainnya. Dan sekarang, saat ini dia justru mengalihkan pembicaraan. Tanpa ampun aku ingin dia mendengarkanku. Tapi dia mengalihkanku ke tempat lain. Aku sangat kesal.
Saat itu, saat kaki kami berada di batas aman trotoar, rasanya ingin sekali aku lakukan. Aku yakin ingin melakukannya. Hiruk-pikuk kendaraan serasa menyakinkanku untuk melakukannya. Yakin sekali untuk melakukannya. Tiba-tiba semuanya terjadi. Ramai. Ramai sekali. Berbeda dengan malam-malam senduku yang selalu sepi. Darah ada di mana-mana. Berceceran bahkan sampai kakiku.
“Bagus! Kau lakukan sesuai perintahku!” seru wanita tukang perintah yang sepertinya pernah aku kenal.
-Pikadita-
Komentar
Posting Komentar
hey hey.... mari ramaikan duniakuu